Rabu, 14 November 2012

pengatasan diare

sick-03Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak segera diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa di Indonesia diare menjadi penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga menjadi penyebab terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko terjadinya diare yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. 
Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini sehingga menimbulkan terjadinya diare.
Gejala
Selain menimbulkan rasa tidak nyaman, rasa malu karena sering ke toilet dan terganggunya aktivitas sehari-hari; diare yang berat juga dapat menyebabkan kehilangan cairan (dehidrasi) dan kehilangan elektrolit seperti natrium, kalium, magnesium dan klorida.
Jika sejumlah besar cairan dan elektrolit hilang, tekanan darah akan turun dan dapat menyebabkan pingsan, denyut jantung tidak normal (aritmia) dan kelainan serius lainnya. Resiko ini terjadi terutama pada anak-anak, orang tua, orang dengan kondisi lemah dan penderita diare yang berat.
Hilangnya bikarbonat bisa menyebabkan asidosis, suatu gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah.
Diagnosa
Pertama-tama, dipastikan dulu apakah  diare timbul tiba-tiba dan untuk sementara waktu atau menetap. Dilihat juga apakah:
  • Penyebabnya adalah perubahan makanan
  • Terdapat gejala lain seperti demam, nyeri dan ruam kulit
  • Ada orang lain yang juga memiliki gejala yang sama.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan contoh tinja. Pemeriksaan tinja meliputi bentuknya (cair atau padat), baunya, ditemukannya lemak, darah atau zat-zat yang tidak dapat dicerna, dan jumlahnya dalam 24 jam.
Bila diare menetap, dilakukan pemeriksaan mikroskopik tinja untuk:
  • Mencari sel-sel, lendir, lemak dan bahan lainnya
  • Menemukan darah dan bahan tertentu yang menyebabkan diare osmotik
  • Mencari organisme infeksius, termasuk bakteri tertentu, amuba dan Giardia.
Bila secara sembunyi-sembunyi mengkonsumsi pencahar, maka pencahar yang diminum bisa ditemukan dalam contoh tinja.
Untuk memeriksa lapisan rektum dan anus dapat dilakukan sigmoidoiskopi. Kadang-kadang perlu dilakukan biopsi (pengambilan contoh lapisan rektum untuk pemeriksaan mikroskop).
Pencegahan Diare
Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara:
  1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu: 1) sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum menyiapkan makanan;
  2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
  3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
  4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
Pengobatan Diare
Diare merupakan suatu gejala dan pengobatannya tergantung pada penyebabnya. Kebanyakan penderita diare hanya perlu menghilangkan penyebabnya, misalnya permen karet diet atau obat-obatan tertentu, untuk menghentikan diare.Kadang-kadang diare menahun akan sembuh jika orang berhenti minum kopi atau minuman cola yang mengandung cafein.
Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein, paregorik (opium tinctur) atau loperamide. Kadang-kadang, bulking agents yang digunakan pada konstipasi menahun (psillium atau metilselulosa) bisa membantu meringankan diare Untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
Bila diarenya berat sampai menyebabkan dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan cairan pengganti dan garam melalui infus. Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air, gula dan garam.
Jika seseorang atau balita telah terserang diare, langkah awal yang dapat dilakukan adalah:
  1. Berikan minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang;
  2. Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI (Air Susu Ibu);
  3. Berikan garam Oralit.
Segeralah priksakan penderita ke dokter apabila diare berkelanjutan untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.
(Dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

Previous Post Next Post Back to Top