Sabtu, 26 Januari 2013

Meniru Cra Berfikir Pria


Pria dan wanita memiliki cara berpikir berbeda. Secara umum, pria cenderung berpikir dan bertindak dengan rasio, sementara wanita lebih menggunakan perasaan. Namun, sebetulnya Anda tak perlu terjebak pada “mitos” itu, kok. Anda justru bisa meniru pola pikir pria untuk menciptakan hubungan harmonis. Berikut ini beberapa karakter pria sekaligus cara menirunya untuk kepentingan positif.

1. Tidak mudah cemas
Pria biasanya lebih tenang ketika menghadapi sesuatu. Wanita, di pihak lain, lebih mudah khawatir atau cemas setiap kali menghadapi persoalan. Alhasil, penyelesaian masalah pun bisa berlarut-larut atau bahkan melenceng.

Trik:
Jika suatu ketika Anda merasa khawatir atau panik, coba tenangkan diri lebih dulu. Tanyakan pada diri Anda, apakah ada yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kekhawatiran tersebut? Jika jawabannya “ada”, segera lakukan eksekusi agar rasa khawatir itu segera lenyap. Kalau Anda tidak menemukan jawaban, coba telisik lebih jauh, apa yang sebetulnya membuat Anda khawatir? Apakah kekhawatiran itu beralasan atau tidak? Jika tidak beralasan, Anda tak perlu repot-repot mengelola rasa cemas, bukan?

2. Konflik kantor itu biasa
Penelitian menunjukkan wanita lebih menghargai mempertahankan hubungan ketimbang pria. Inilah mengapa kaum hawa lebih sulit membuat keputusan ketika mereka tidak sepaham atau terlibat konflik dengan rekan kerja. Pada saat harus menghadapi konflik di tempat kerja, pria lebih straight to the point  dan lebih menekankan alasan dasarnya. Sementara wanita lebih mengkhawatirkan risiko rusaknya hubungan antarpersonal dengan rekan sekerja.

Trik:
Untuk menghindarinya, pahami bahwa tidak semua konflik di tempat kerja itu buruk. Banyak kejadian di mana bisnis atau pekerjaan menjadi lebih konstruktif setelah adu debat. Seringkali, Anda memang membutuhkan diskusi agar pekerjaan menjadi lebih produktif.

3. Happy-happy saja, tuh
Studi Auburn University, Alabama, Amerika Serikat, menemukan bahwa wanita lebih sering merasa tidak nyaman di rumah dan di kantor. Secara statistik, wanita memang perfeksionis dan baru merasa bahagia jika segala sesuatu berjalan sesuai rencana. Sementara pria cenderung dilahirkan sebagai pengambil risiko. Artinya, pria bisa menerima kemungkinan gagal tapi wanita lebih mudah merasa khawatir atau takut gagal.

Trik:
Sekalipun Anda bukan dilahirkan sebagai pengambil risiko, Anda bisa belajar menerima ketidaksempurnaan. Misalnya, jika ternyata cake buatan sendiri kurang empuk. Selama rasanya enak, tak ada yang protes, kan? Anda tinggal membuat cake  yang lebih sempurna di lain waktu. Lebih santai, lebih bahagia!

4. Penampilan bukan segalanya
Apa yang pria harapkan dari wanita dan sebaliknya menjadi landasan bagaimana mereka melihat diri sendiri. Wanita lebih melihat status dan kemampuan pria sebagai hal-hal yang menarik. Sementara pria lebih melihat usia dan kecantikan sebagai faktor penarik perhatian. Oleh karena itu, pria tidak merasa terbebani penampilan. Jadi, mereka santai saja ketika rambutnya mulai menipis, misalnya. Toh, hal tersebut tidak lantas menunjukkan siapa diri mereka yang sesungguhnya.

Trik:
Sebuah studi tentang “Bagaimana Wanita Berpikir Tentang Tubuh Mereka” menemukan bahwa pria lebih fokus kepada kemampuan. Jadi, kenapa Anda tidak melakukan hal serupa? Misalnya, tandai 10 hal luar biasa yang bisa dilakukan oleh tubuh wanita. Pria tak bisa melahirkan atau melakukan lima pekerjaan rumah sekaligus, kan? Nah, kini Anda sadar bahwa memberi penghargaan terhadap kemampuan tubuh sangat penting. Meskipun ini tidak bisa melenyapkan lemak di perut, tapi setidaknya ini akan membantu Anda mengelola perspektif diri yang lebih sehat.

5. Mintalah yang Anda mau
Kenapa, ya, karyawan pria lebih mudah masuk ke ruang bos dan minta kenaikan gaji, ketimbang seorang karyawan wanita? Jawabnya, insting wanita memang bukan sebagai “tukang paksa” atau “ambisius”. Sejak usia belia, wanita diajarkan tidak terlalu menuntut atau meminta. Jadi, ketika wanita beranjak dewasa, mereka tak hanya merasa tidak enak pada saat meminta untuk diri sendiri. Mereka juga tidak punya pengalaman atau kemampuan melakukannya secara efektif.

Trik:
Cobalah minta seorang wanita kenalan Anda untuk mencari sumbangan untuk acara amal. Atau, mintalah mereka memaksa sekolah anak-anak mereka untuk memberi pelajaran tambahan. Mereka mendadak mereka mampu melakukannya, lho. Termasuk melakukan negosiasi dengan cara yang mengagumkan!

Yang membedakan, mereka melakukannya untuk orang lain (penerima sumbangan dan anak-anak mereka), bukan demi kepentingan mereka. Sekarang, cobalah Anda melakukannya untuk meminta kenaikan gaji, promosi, atau hal-hal lain yang berhubungan dengan diri Anda. Pasti bisa, kok.

0 komentar:

Posting Komentar

Previous Post Next Post Back to Top