Kamis, 17 Januari 2013

Banjir Meluas karena Tanah Terus Turun


KOMPAS/LASTI KURNIA Kawasan pemukiman di daerah Kedoya yang berdekatan dengan saluran Mookervart tampak terendam banjir, Jakarta, Rabu (16/1/2013). Lewat pantauan udara bersama Polisi Udara Polda Metro Jaya dengan pilot Akp Ali Hasby, penerbang Suparno, dan Mekanik Briptu Agus Tri, dan TMC Akp M.Salim Margie, tampak sejumlah lokasi di Das Sungai Ciliwung, dan Sungai Pesanggrahan terendam. Kemacetan tak terhindarkan di sejumlah ruas jalan.

TERKAIT:
  • Bagi Jakarta, Banjir Seolah Menjadi Takdir
  • Awan Hujan Masih Melimpah di Jakarta
  • Penyakit akibat Banjir Mengintai
  • Terimbas Banjir, Koridor 1-11 Masih Tak Beroperasi
  • Banjir Jakarta Bakal Tambah Beban Inflasi
JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi tanah di Jakarta terus menurun. Selain faktor geologi, penyebabnya adalah pengambilan air tanah berlebihan. Penurunan tanah menyebabkan banjir meluas. Sistem kanal yang dibangun tak efektif menanggulangi banjir.

Ahli geoteknologi LIPI, Jan Sopaheluwakan, Kamis (17/1/2013), mengatakan, penurunan tanah di Jakarta bervariasi, 4-20 sentimeter per tahun. Daerah Pluit yang merupakan produk reklamasi turun 24 sentimeter per tahun.

Ia menyebutkan, sebagian daratan Jakarta berupa cekungan yang lebih rendah dibandingkan dengan muka air laut. Akibatnya, sungai-sungai yang mengalir lewat Jakarta dan bermuara di Teluk Jakarta cenderung balik ke dataran rendah kota.

Restu Gunawan, sejarawan yang meneliti riwayat banjir Jakarta sejak masa kolonial hingga saat ini, mengatakan, sistem kanal yang dibangun sejak masa Belanda terbukti gagal.

Restu mencatat, frekuensi banjir di Jakarta semakin tinggi seiring penambahan jumlah penduduk yang mengokupasi daerah resapan dan luapan banjir. Pada periode 1892-1950, banjir besar di Jakarta terjadi dalam rentang 5-10 tahun. Periode 1950-1970, banjir terjadi dalam rentang 3-5 tahun. Tahun 1970-1985 rentang banjir menjadi 1-2 tahun.

Menurut Restu, wilayah yang terlanda banjir meluas. Tahun 1892-1932, daerah yang parah dilanda banjir adalah di sekitar Glodok sampai Senen. Setelah Pintu Air Matraman dan Kanal Banjir Kalimalang dibangun pada 1919, banjir justru meluas hingga ke Tanah Abang, Pejambon, Kemayoran, Kampung Melayu, Manggarai, dan Bukit Duri.

Tahun 1970-1985, banjir terjadi hingga ke Pondok Pinang, Ciputat, Tulodong Bawah, Bintaro, Pasar Minggu, Kemanggisan, Slipi, dan Tomang Barat. Banjir pada Januari 2013 cenderung meluas, padahal curah hujannya lebih rendah dibandingkan banjir tahun 2007 dan 2002

0 komentar:

Posting Komentar

Previous Post Next Post Back to Top